UJI PETIK KABUPATEN SIKKA 11-14 DESEMBER 2017

Kabupaten Sikka berdiri pada tahun 1958 dengan ibukota kabupaten Maumere. Kabupaten Sikka memiliki batas wilayah di sebelah timur: Kabupaten Flores Timur, sebelah barat: Kabupaten Ende, sebelah Utara: Laut Flores, dan sebelah Selatan: Laut Sawu. Kabupaten Sikka merupakan daerah kepulauan dengan total luas daratan 1.731,91 km2 dengan total 18 pulau. Terdapat 21 kecamatan, 147 desa, 13 kelurahan di Kabupaten Sikka dengan total populasi sebanyak 300.328 jiwa dengan mata pencaharian utama berkebun dan nelayan. Kabupaten Sikka memiliki kekayaan alam yang beragam seperti tanaman kelapa, kakao, cengkeh, kopi, jambu mete, kapuk, pala, lada, vanili, pinang, tembakau, tanaman jarak, asam dan kemiri serta produksi rotan.

Uji petik dilakukan di kabupaten ini untuk melihat potensi subsektor kreatif yang ada. Pemerintah kabupaten Sikka mengajukan 3 subsektor untuk diuji petik yaitu kriya tenun ikat, kuliner dan seni pertunjukan. Di Kabupaten Sikka terdapat 3 jenis tenun ikat yaitu jenis premium (kain tenun yang dibuat dengan bahan baju total natural dari kapas), natural (benang yang digunakan adalah benang katun jadi yang ada di toko), dan chemical (mengunakan warna kimia dengan warna khusus). Uji petik hari pertama dilakukan dengan mengunjungi salah satu kelompok penenun yang diberi nama kelompok Korsang. Kelompok ini memiliki anggota sebanyak 20 orang. Seluruh anggota disini adalah ibu-ibu setempat yang secara turun temurun sudah diwarisi keterampilan menenun oleh leluhur dan orang tua mereka. Kelompok korsang memiliki ciri khas motif sendiri dan kain mereka didominasi oleh warna hitam dan merah tua. Kelompok korsang menawarkan tenun ikat natural dan chemical.

Uji petik kedua mendatangi kelompok tenun Utan Wenda. Berbeda dengan kelompok Korsang, kelompok utan wenda hanya berfokus pada tenun ikat chemical. Selain memproduksi tenun ikat, mereka sudah mulai membuat produk turunan dari tenun ikat seperti fashion, aksesoris dan produk interior. Untuk memproduksi berbagai jenis produk turunan, mereka bekerja sama dengan pengrajin di daerah lain seperti Jogjakarta dan Bandung. Walaupun secara kualitas produk turunan ini masih perlu ditingkatkan, namun mereka mengakui bahwa produk turunan ini ternyata digemari oleh pembeli karena memberi banyak variasi produk dan harga. Selanjutnya, uji petik ketiga mendatangi galeri aksesoris Sherly yang lebih berfokus pada pemanfaatan limbah kain perca tenun yang dibentuk menjadi berbagai bentuk aksesoris seperti kalung, gelang, anting, dan lain sebagainya. Selain memproduksi aksesoris, galeri ini sering mengadakan pelatihan pembuatan aksesoris pada warga setempat. Kegiatan pelatihan aksesoris ini dimulai pada tahun 2004, sehingga sudah menghasilkan banyak lulusan pelatihan yang mulai memproduksi aksesoris mereka sendiri. Desain aksesoris yang dihasilkan oleh galeri aksesoris Sherly banyak terinspirasi dari produk-produk aksesoris yang berasal dari kota-kota di Jawa dan bahan baku untuk produksi aksesoris pun banyak yang didapatkan dari Jawa.

Uji petik keempat menyambangi Sanggar Blira Sina Watu Blapi yang terletak diatas gunung. Ada yang berbeda dari kelompok ini, karena mereka memadukan seni pertunjukan dan produksi tenun ikat premium dan natural dalam satu tempat. Seni pertunjukan yang ditampilkan adalah tarian-tarian khas maumere seperti tarian Ro’a Mu’u (tarian potong pisang pada saat pernikahan), Tarian Sandang, Togo Pare (tandak untuk luruh padi) dan tarian yang mengisahkan tentang perang antara orang Hokor dan kampung lain adalah Tarian Bebing. Setelah menyaksikan tarian-tarian, pengunjung diarahkan untuk melihat proses pembuatan tenun ikat natural sekaligus melihat produk tenun jadi. Sanggar ini fokus menggunakan pewarna alami. Warna hijau didapat dari daun kacang-kacangan, warna biru didapat dari batang dan daun nila, warna hitam didapat dari nila yang dicampur dengan larutan karat, warna orange kemerahan didapat dari kulit akar mengkudu, dan warna kuning didapatkan dari kunyit. Untuk mencapai warna yang diinginkan, proses pencelupan benang bisa dilakukan hingga lebih dari 3 kali.

Selain melakukan uji petik untuk kriya tenun ikat, uji petik juga dilakukan pada subsektor seni pertunjukan. Uji petik pertama untuk subsektor seni pertunjukan dilakukan dengan mengunjungi SMP Seminari BMBSP. SMP ini terkenal untuk seni tarinya karena sudah banyak memenangkan penghargaan. Tarian yang mereka tampilkan kebanyakan adalah tarian kreasi yang disisipi oleh tarian budaya Sikka. Penampil adalah siswa SMP yang sudah dilatih oleh pelatih tari dari sanggar-sanggar setempat. Dengan adanya ekstrakulikuler tari yang berprestasi di sekolah ini menandakan bahwa sudah ada konservasi seni pertunjukan di sekolah. Uji petik kedua untuk seni pertunjukan adalah pada sanggar Benza arahan Nyong Franko. Sanggar Benza berdiri pada tahun 2004 dan berfokus pada kreasi drama dan tari baik itu tradisional maupun campuran tradisional dan modern. Walaupun sudah berdiri lama dan memiliki banyak kreasi drama dan tari, sanggar ini masih kurang dapat komersil karena permintaan pasar yang rendah dan harga jasa penampil yang dibawah standar sehingga tidak bisa menutupi operasional sanggar untuk perkali tampil. Kebanyakan anggota menjadikan profesi penari sebagai profesi sampingan dimana pada pagi dan siang harinya mereka bekerja di tempat lain. Hal ini dilakukan karena penghasilan dari menari tidak bisa menutupi kebutuhan mereka.

Secara keseluruhan uji petik di Kabupaten Sikka berjalan dengan lancar. Berdasarkan analisa dan pengamatan parameter dasar sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam pedoman PMK3I dan usulan dari pemerintah daerah Kabupaten Sikka, ditetapkan 2 subsektor untuk diuji petik, yaitu Kriya dan Seni Pertunjukan. Uji petik atas kondisi dan potensi ekosistem menunjukkan kekuatan terbesar pada subsektor kriya memiliki keterkaitan ke belakang dengan subsektor lainnya diantaranya desain serta memiliki keterkaitan ke depan seni pertunjukan, fashion, desain interior, dan musik. Kriya untuk selanjutnya akan diajukan menjadi bagian dari sistem Ekonomi Kreatif Nasional.

Bagikan

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter
Share on email