Pada tanggal 4 Maret 2019 telah dilaksanakan Simposium Pengembangan Model Ekosistem Ekonomi Kreatif Nasional di SBM ITB Bandung. Acara ini dihadiri sekitar 59 peserta yang terdiri dari berbagai aktor termasuk pemerintah provinsi maupun kabupaten / kota, komunitas, akademisi maupun pebisnis. Pengembangan jejaring ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia dilakukan dengan hipotesa berupa pentingnya kapasitas, kompetensi dan keterlibatan empat pelaku ABCG (Academician, Business, Community, Government) dan media, serta berlangsungnya lima proses rantai nilai ekonomi kreatif (kreasi, produksi, distribusi, konsumsi dan konservasi). Kegiatan ini juga dilaksanakan sebagai upaya mempercepat penciptaan road map ekonomi kreatif yang berkelanjutan di Indonesia.
Kegiatan simposium ini terdiri dari dua kegiatan utama:
Diskusi panel yang terbagi menjadi dua sesi. Sesi pertama membahas tentang Pengembangan Jejaring Ekosistem Ekonomi Kreatif di Tingkat Lokal (kabupaten dan kota) dngan menghadirkan narasumber antara lain Ramalis Sobandi (pakar perancangan kota/Satgas PMK3I), perwakilan Pemkab Majalengka, ALie Charisma (ketua Indonesia Fashion Chamber), Vera (perwakilan Bappelitbangda Kab. Majalengka), dan Gerryadi Agusta (CEO PT KAABA).
Sementara sesi kedua mengetengahkan tema Pengembangan Jejaring Ekosistem Ekonomi Kreatif di Tingkat regional (provinsi ) dengan narasumber Wawan Rusiawan (Direktur Riset dan Pengembangan Ekonomi Kreatif, BEKRAF), Iendra Sofyan (Kabid Ekonomi Bappeda Provinsi Jabar), Ben Wiriawan (Satgas Ekonomi Kreatif Jabar), dan Dicky Poerwadi (Direktur Pesona Musi Kuliner Palembang).
Dilanjutkan dengan kegiatan kedua yaitu Workshop/Diskusi Kelompok secara paralel untuk menyusun model peta jalan aktivasi jejaring ekosistem ekonomi kreatif yang dibagi dalam tiga kelompok, kelompok tingkat kabupaten/kota,kelompok tingkat regional/provinsi, dan kelompok subsektor (fesyen).
Diharapkan dengan ada kegiatan ini, setiap pemangku kepentingan lebih memahami kendala yang dialami dan bagaimana upaya membentuk ekosistem ekonomi kreatif baik di tingkat kabupaten/kota, tingkat regional, maupun antar-subsektor.