Wonosobo, (23/03/2018) – Para Kepala Daerah Jawa Tengah mulai menunjukan komitmennya terhadap pengembangan ekonomi kreatif. Komitmen para Kepala Daerah dari Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kota Salatiga dan Kabupaten Banjarnegara terkait pengembangan Kota Kreatif telah tertuang dalam Berita Acara yang ditandatangani juga oleh Deputi Bidang Infrastruktur Bekraf, Dr. Hari Santosa Sungkari pada Jumat (23/03/2018) lalu. Berita Acara tersebut merupakan hasil kesepakatan terkait penetapan subsektor ekonomi kreatif unggulan dari beberapa daerah yang telah melakukan Uji Petik Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I) yang dilakukan pada tanggal 21 – 23 Maret 2018 lalu.
Uji Petik PMK3I merupakan proses in depth interview dan bottom up scale tim asesor yang dibentuk Bekraf bersama dengan ke empat aktor ekraf (quadruple-helix) yaitu Pemerintah Daerah, Komunitas Kreatif, Akademisi, dan Pebisnis dari daerah tersebut guna menghitung nilai ekonomi yang dihasilkan oleh setiap subsektor ekraf dan membandingkan daya ungkit serta multiplayer effect baik secara backward maupun forward linkages. Hasil dari uji petik PMK3I ini adalah penetapan satu subsektor ekraf unggulan dari daerah tersebut yang kemudian akan dijadikan acuan pengembangan ekonomi kreatif untuk pemerintah kabupaten/kota dalam menentukan kebijakan pengembangan ekonomi kreatif.
Berdasarkan hasil analisis terhadap referensi dan borang yang sudah diterima dari para pelaku ekraf di Keempat Kabupaten/Kota di Jawa Tengah, yakni: Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kota Salatiga dan Kabupaten Banjarnegara yang kemudian diverifikasi dan dilengkapi melalui kegiatan uji petik oleh Tim Uji Petik Bekraf maka didapatlah hasil uji petik sebagai berikut
a. Kabupaten Wonosobo telah menentukan subsektor Kuliner sebagai Sub sektor ekonomi kreatif unggulan yang masuk menjadi bagian dari peta ekosistem ekraf nasional dengan kategori olahan makanan dengan unggulan manisan carica, mi ongklok biasa dan mi onglok instan. Sub sektor kuliner memiliki keunggulan dari segi omzet, serapan tenaga kerja dan daya ungkit untuk wilayah sekitarnya sehingga berpotensi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Wonosobo, wilayah sekitarnya (di antaranya Purbalingga) serta memiliki kekuatan finansial dan jejaring konsumen yang dapat mendorong perkembangan sub sektor seni pertunjukan melalui dukungan dari sub sektor fotografi.
b. Kabupaten Banjarnegara telah menentukan subsektor Kuliner s ebagai Sub sektor ekonomi kreatif unggulan yang masuk menjadi bagian dari peta ekosistem ekraf nasional. Dengan tumbuh berbasis kekayaan alam dan pertanian, komoditas unggulan yakni kopi, teh, gula kelapa dan aren, serta sayur mayur dan palawija. Tim merekomendasikan pengembangan subsektor Kuliner Kopi menimbang kapasitas ekosistem yang didukung oleh kesesuaian alam dan kedekatan pada jejaring produksi maupun ditribusi yang telah dirintis sejak 1998 serta meningkat dengan pesat sejak 2014. Selain itu, bibit unggul biji kopi pun bisa dikembangkan di setiap wilayah Kabupaten Banjarnegara yang memiliki kekhasan iklim, tanah, dan kekuatan petani yang beragam.
c. Kota Salatiga telah menentukan subsektor Kuliner s ebagai Sub sektor ekonomi kreatif unggulan yang masuk menjadi bagian dari peta ekosistem ekraf nasional. Sub Sub sektor Kuliner di Kota Salatiga memiliki keunggulan dari segi keterkaitan mengusahakan bahan baku dengan Kabupaten diluar Kota Salatiga dan pengolahan rasa sehingga berpotensi menumbuhkan jejaring dengan kabupaten lain. Bermula dari adanya gethuk kethek yang ada di Ledok, Argomulyo, Kota Salatiga sejak lama, makanan dari singkong ini berkembang dengan beberapa variasinya. Pada tahun 2009 muncul pelaku kuliner Singkong Keju D-9 yang memiliki kategori industri pengolahan singkong di daerah tersebut.
d. Kabupaten Magelang telah menentukan subsektor Seni Rupa s ebagai Sub sektor ekonomi kreatif unggulan yang masuk menjadi bagian dari peta ekosistem ekraf nasional. Subsektor Seni Rupa khususnya dibidang seni pahat batu di Kabupaten Magelang sudah mulai sejak 1953 dengan pelaku utamanya Doelkamid Djadjaprana yang memiliki kategori seni murni berupa patung dan pahatan relief Borobudur yang dimulai dari seni terapan berupa pembuatan cobek dan batu nisan. Sub sektor Seni Rupa selain memiliki keunggulan dari segi pemanfaatan muatan lokal, pelestarian budaya setempat yakni keahlian dari nenek moyangnya, nilai estetika berkelas dunia (masterpiece) serta kesinambungan upaya pendidikan dan alih kemampuan dan keahlian pada lintas generasi. Ditinjau dari banyaknya hasil karya seni pahat batu Muntilan yang telah dikenal baik wisatawan lokal maupun mancanegara dengan dibuktikan adanya hasil karya dan penghargaan yang telah diraih di daerah Muntilan.
Setelah penandatanganan Berita Acara hasil Uji Petik PMK3I, kini giliran perwakilan Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah dan perwakilan dari Direktorat Fasilitasi Infrastruktur Fisik Deputi Infrastruktur Bekraf yang menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS). PKS ini berisikan tentang Pendampingan dan Pengembangan Terkait Sistem Penilaian Mandiri Kota/Kabupaten Kreatif Indonesia (PMK3I ) di Jawa Tengah.
Adapun Program Penilaian Mandiri Kabupaten/Kota Kreatif Indonesia (PMK3I) merupakan salah satu program unggulan dari Deputi Infrastruktur Bekraf yang bertujuan untuk membangun “Sistem Ekonomi Kreatif Indonesia” guna memetakan potensi dan tantangan yang dihadapi dalam pengembangan ekonomi kreatif di daerah. Info lebih lanjut mengenai program ini, bisa dilihat pada tautan www.kotakreatif.id . (Zulf)