Sinergi pentahelix aktor ekonomi kreatif Kabupaten Majalengka yang terjadi pada kegiatan Workshop City Branding telah menguatkan para aktornya untuk bersepakat mencintai, memelihara, mencari dan meningkatkan martabat Majalengka dengan seksama dan dalam tempo sepanjang masa. Ikrar ini diserukan oleh puluhan aktor ekonomi kreatif Majalengka yang terdiri dari akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah daerah, dan media (biasa disingkat sebagai ABCGM) yang hadir dalam paparan Membangun Brand Majalengka pada hari terakhir rangkaian Workshop City Branding Kabupaten Majalengka.
Kegiatan Workshop City Branding merupakan bentuk pendampingan Direktorat Fasilitasi Infrastruktur Fisik dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) yang berkoordinasi dengan Bappelitbangda Kabupaten Majalengka pasca ditetapkannya Kabupaten Majalengka sebagai KaTa Kreatif 2019 pada akhir Juni 2019 lalu. Pada kegiatan Workshop City Branding yang berlangsung selama 3 hari tersebut yakni dari 20 Juli hingga 22 Juli 2019, tidak kurang dari 40an aktor ekonomi kreatif dari berbagai komunitas, baik dari seni pertunjukan tradisional maupun kontemporer, selain juga para pelaku bisnis, akademisi, media, dan pemerintah daerah dari berbagai kecamatan di Majalengka berpartisipasi dan bekerja sama.
Pelaksanaan workshop kali ini ini cukup unik karena dilaksanakan di tempat-tempat yang berbeda setiap harinya. Tiga tempat pelaksanaan workshop tersebut menggambarkan perwakilan wilayah Utara, Selatan, dan Tengah Majalengka, yakni Jatiwangi Art Factory, Balai Kecamatan Argapura, dan Pendopo Kab. Majalengka. Selain itu, pelaksanaan di tempat-tempat yang berbeda ini ditujukan untuk membangun dan mempertajam persepsi para peserta akan keberagaman khazanah dan potensi Majalengka yang selama ini belum tereksplorasi lebih jauh. Perbedaan karakteristik tempat di Kabupaten Majalengka ini telah disebutkan di dalam pemaparan Bupati Majalengka, Karna Sobahi, saat membawakan paparannya di Jakarta pada 24 Juni 2019 yang menyebutkan kategorisasi 3 (tiga) wilayah Kabupaten Majalengka tersebut.
Bupati Majalengka menyatakan bahwa Kabupaten Majalengka memiliki Wilayah Utara, Wilayah Tengah, dan Wilayah Selatan yang masing-masing memiliki kekhasan tema dan karakteristik topografi yaitu kaya akan bahan terakota di wilayah Utara yang panas, banyaknya wisata alam di wilayah Selatan yang sejuk hawanya, serta dinamika budaya dan edukasi di wilayah Tengah.
Pada hari pertama pelaksanaan workshop, peserta berkegiatan di ruang auditorium Jatiwangi Sinematek yang terdapat di dalam kompleks Jatiwangi Art Factory yang merupakan sebuah hub komunitas di desa Jatisura. Kompleks tersebut awalnya adalah milik pabrik genteng Jatiwangi yang selanjutnya berkembang menjadi hub komunitas bagi para aktor ekonomi kreatif di sekitarnya. Sebagai narasumber di bidang branding, Kandi Windoe menjelaskan mengenai teori branding, city branding, hingga strategi komunikasi branding. Ia membagi para peserta menjadi empat kelompok yang masing-masing lengkap memiliki unsur ABCGM dari tiga Wilayah Majalengka. Kegiatan menemu kenali dan upaya mengimplementasikan teori branding bagi Kabupaten Majalengka ini diperkuat oleh Ramalis Sobandi, Dwi Rustiono, dan Ilma Indriasry serta Herman Jusuf yang tergabung dalam Tim PMK3I (Penilaian Mandiri Kabupaten Kota Kreatif di Indonesia) dan KaTa Kreatif (Kabupaten Kota Kreatif) dari Kedeputian III Bekraf.
Antusiasme yang terbangun pada hari pertama menjadi semakin meningkat pada hari berikutnya, usai para peserta menandatangani dan menyuarakan Deklarasi Argapura yang dituliskan di halaman Kantor Kecamatan Argapura tempat dimana workshop hari kedua dilaksanakan. Di hari kedua inilah terhimpun gagasan tagline Majalengka Exotic Sundaland. Kata exotic diambil untuk memadukan seluruh potensi yang dimiliki Majalengka seperti keindahan alam, seni budaya, kreativitas, komunitas, heritage, kuliner, kriya, sejarah dan banyak potensi lainnya yang ketika seluruhnya dipadukan menjadi sangat eksotik, istimewa, luar biasa. Sedangkan kata Sundaland merujuk kepada daratan biogeografis Asia Tenggara pada 2,6 juta tahun lalu ketika permukaan air laut lebih rendah dari kondisi masa kini karena sedang mengalami zaman es. Wilayah Sundaland terentang dari Semenanjung Malaya di daratan Asia, pulau-pulau besar seperti Jawa, Kalimantan, dan Sumatra, serta pulau-pulau di sekitarnya. Jika dimaknai secara harfiah, Sundaland juga dapat diartikan sebagai tanah Sunda, di mana Majalengka merupakan bagian darinya. Setelah menyepakati brand tagline yang akan disuarakan di hari ketiga, peserta kembali berkelompok sesuai peran aktor ekonomi kreatif untuk menyusun dan merencanakan komitmen dan langkah ke depan bagi Majalengka.
Pendopo Kabupaten menjadi lokasi workshop pada hari terakhir, di mana perwakilan peserta memaparkan usulan branding dan menyepakati Deklarasi Majalengka di hadapan Wakil Bupati, jajaran Kepala dan perwakilan OPD terkait, serta perwakilan DPRD Kabupaten Majalengka. Di dalam tanggapannya, Tarsono Mardiana, Wakil Bupati Majalengka menyatakan setuju dengan usulan tersebut dan mengapresiasi tinggi hasil sinergi dan kerja bersama para aktor pentahelix. Sebagai paparan penutup Selliane Halia Ishak, selaku Direktur Fasilitasi Infrastruktur Fisik Bekraf, memaparkan berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk mengaktivasi ekosistem ekonomi kreatif dengan kolaborasi antar aktor ABCGM.
Majalengka Exotic Sundaland sebagai brand essence Majalengka diharapkan mampu mengusung seni pertunjukan sebagai subsektor unggulan ekonomi kreatif untuk menarik dan mendorong subsektor ekonomi kreatif lainnya. Branding ini diharapkan juga untuk dapat mengangkat seluruh potensi wilayah Majalengka sehingga mampu berperan sebagai pusat pertumbuhan bagi daerah sekitarnya yang pada gilirannya akan mendorong ekosistem ekonomi yang kondusif untuk pengembangan inovasi. (resyawulan)