GIANYAR SEPAKAT MENJADI KOTA SENI PERTUNJUKAN MELALUI PENILAIAN MANDIRI KABUPATEN KOTA KREATIF INDONESIA BEKRAF

Penerimaan Tim PKM3I dan Asesor oleh Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar dan para Stakeholder di Hotel Tjampuhan Spa, Ubud 13/12-2017. (ari-doc)

Gianyar 13  Desember 2017. Gianyar merupakan salah satu kabupaten yang masih menjaga adat dan tradisi dalam upacara dan upakara yang dilaksanakan sebagai implementasi budaya Bali. Dalam upaya mendukung kegiatan tersebut, seni pertunjukan seringkali merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan menjadi kesatuan hidup dalam keseharian masyarakatnya. Ditetapkan sebagai Kabupaten pada tanggal 12 April 1772 dengan luas wilayah 368 km persegi dengan jumlah penduduk 495.100 jiwa (2015) dan IPM 75.8 (2016); serta PDRB per capita 21.337 ribu (2013) dengan PAD Rp 1.527 T (2016) kekuatan kunci yang dimiliki kabupaten Gianyar adalah heritage yang serta merta menjadi kekayaan seni dan budaya serta potensi sumber kreativitas dalam beragam karya baik dalam bentuk seni pertunjukan, kriya serta kekhasan kuliner yang dikembangkan sehingga layak menjadi satu simpul ekonomi di Bali.

Penilaian Mandiri Kabupaten Kota Kreatif Indonesia (PMK3I) sebagai program yang digulirkan oleh Deputi Infrastruktur Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia telah melalukan pendampingan penilaian mandiri secara kolaboratif di kabupaten Gianyar pada tanggal 11-13 desember 2017 bersama-sama dengan stakeholder terkait. Tim PMK3I beserta asesor diterima oleh Kepala Dinas Pariwisata, Anak Agung Bagus Ari Brahmanta di Hotel Tjampuhan Spa Ubud bersama para Stakeholder meliputi KADIN, IWAPI, HIPMI, PERWIRA dan beberapa penyelenggara festival seperti Ubud Writers Festival, Ubud Food Festival, Ubud & Beyond Festival, Gianyar Layang Layang Festival, Celuk Jewelry Festival, Celuk Silver Village dan Bali Spirit Festival. Pertemuan pertama antar stakeholder ini mencetuskan ide untuk membawa Kabupaten Gianyar sebagai percontohan dalam penyusunan kalender kegiatan tahun 2018. 

Tim kemudian mendampingi secara langsung pemerintah daerah untuk melakukan penilaian secara mendiri terhadap sub sektor yang diajukan meliputi Kuliner, Kriya dan Seni Pertunjukan. Usaha Babi Guling dan Ayam Betutu sebagai khas kuliner Gianyar menjadi lokasi pertama yang dikunjungi oleh tim, kemudian Tenun Endek dan Kerajinan Perak sebagai sub sektor kriya dan diakhiri dengan mengunjungi Sanggar serta pementasan tari Legong Keraton di Dadia Pasek Tohjiwa Puaya sebagai sub sektor seni pertunjukan yang juga menerima Bantuan Pemerintah Fasilitasi Sarana Ruang Kreatif.

Melalui proses in depth interview dan bottom up scale tim bersama perwakilan pemerintah berupaya menghitung nilai ekonomi yang dihasilkan oleh setiap subsektor dan membandingkan daya ungkit serta multiplayer effect baik secara backward maupun forward linkages. Setelah melakukan uji petik dan diskusi dengan pemerintah kota beserta stakeholder maka disepakati untuk menetapkan Gianyar sebagai kota Seni Pertunjukan karena mampu menjadi lokomotif untuk mengangkat pertumbuhan subsektor kuliner dan kriya dan memiliki dampak ekonomi paling siginifikan terhadap perekonomian dan keseharian masyarakat Gianyar.

Dalam sambutannya saat penandatanganan Berita Acara Uji Petik, Direktur Fasilitasi Infrastruktur Fisik, Selliane Halia Ishak menyatakan bahwa simpul Bali merupakan simpul yang erat dengan pengembangan seni dan budaya sehingga sangat tepat untuk memilih subsektor yang terkait seni dan budaya seperti Seni Pertunjukan. Senada dengan Direktur, Kepala Dinas Pariwisata Gianyar menyambut baik penetapan Gianyar sebagai kabupaten Seni Pertunjukan sehingga kedepan akan mendukung setiap upaya kreatif terkait terutama yang digagas oleh kelompok atau komunitas pemuda, lebih lanjut disampaikan bahwa Gianyar siap menjadi tuan rumah Pekan Gastronomi di tahun 2018. (ari)

Bagikan

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter
Share on email