Melalui surat edaran yang bertanggal 11 September 2017, Bupati Konawe Selatan menghimbau Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mendukung Program Badan Ekonomi Kreatif Indonesia dengan memfasilitasi penggunaan mainan edukasi merk “Anoaart” di lingkup sekolah PAUD hingga TK. Hal tersebut dilakukan untuk membantu proses sosialisasi produk lokal mainan edukasi. Mainan edukasi yang merupakan bentuk kerajinan dari bahan limbah kayu ini merupakan salah satu produk dari subsektor Kriya yang telah terintegrasi dalam pemetaan ekosistem pusat kreatif Badan Ekonomi Kreatif Indonesia sehingga layak dipasarkan dan berdampak pada peningkatan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Konawe Selatan.
Mainan edukasi sendiri merupakan elemen penting dalam pertumbuhan anak, khususnya di era modern di mana penggunaan gadget oleh anak sangat tinggi. Mainan edukasi memiliki manfaat penting, khususnya untuk anak usia dini antara lain mengenalkan warna dan bentuk, melatih konsentrasi, mengenalkan hukum sebab akibat, mengenalkan instrument musik, mengenalkan alat atau benda, mengasah saraf motorik, melatih kemampuan gerak, meningkatkan koordinasi anggota tubuh, mengenalkan konsep keseimbangan, melatih kreativitas dan mengajarkan kerjasama. Pemanfaatan mainan edukasi juga dapat mengurangi penggunaan gadget, sehingga mengurangi berbagai dampak negatif yang akan terjadi jika anak terpapar gadget dari usia dini.
Berikut sedikit informasi mengenai Kabupaten Konawe Selatan. Kabupaten Konawe Selatan berada di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan ibu kotanya di Andoolo. Merupakan hasil pemekaran Kabupaten Kendari, Kabupaten Konawe Selatan saat ini memiliki luas wilayah 451.421 Ha dengan jumlah penduduk mencapai 289.815 jiwa. Proses uji petik menemukan potensi ekonomi dari Limbah Kayu di Konawe Selatan yang mendorong para pengrajin untuk menciptakan produk inovatif, kreatif, komersial dan bernilai jual tinggi. Produk kriya hasil olahan limbah kayu di Konawe Selatan merupakan bagian dari proses seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif. Seperti gantungan kunci, dekorasi interior, asbak, kursi dan mainan edukasi.
Potensi kriya hasil olahan kayu di Konawe Selatan didukung oleh 50 pengrajin kayu yang tersebar pada 2 desa yaitu Iwoi Mendoroi dan Pangan Jaya, yang menciptakan 100 kerajinan kayu per triwulan dengan 100% bahan baku lokal. Potensi kriya hasil olahan kayu juga didukung oleh kelompok akademisi bersama dengan pemerintah daerah melalui himbauan penggunaan hasil kerajinan tangan di PAUD dan TK. Selain itu juga didukung oleh Komunitas bersama Pemerintah Daerah melalui penyelenggaaraan pelatihan, penyediaan bahan dan permodalan.
Berbagai upaya dan dukungan tersebut diharapkan berkontribusi dalam pertumbuhan usaha – usaha baru kerajinan kayu di Konawe Selatan yang kemudian dapat juga menggerakkan kegiatan ekonomi daerah lain. Upaya pemerintah setempat dalam mensosialisasikan salah satu produk kerajinan kayu setempat merupakan bentuk komitment tidak hanya dalam pengembangan ekosistem ekonomi kreatif, namun juga dalam upaya peningkatan kesejahteraan. Sehingga diharapkan berita baik ini dapat menjadi tantangan bagi aktor – aktor lain untuk dapat terintegrasi pada ekosistem ekonomi kreatif Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan melalui ekonomi kreatif.